Insight Articles — Oct 06, 2022

3 Hal Tentang Shampo 3-in-1

5 mins read

Share this article

Di dunia ini ada dua jenis orang; orang yang suka produk yang spesifik banget fungsi dan waktu pakainya, dan orang yang shamponya bisa sekalian dipakai untuk keramas, conditioning, bahkan mungkin sekalian mandiin badan sampai kaki. Teorinya, produk serbaguna semacam ini bisa bekerja. Shampo yang bisa all-in-one memang sering jadi pilihan orang-orang yang mencari solusi praktis dan hemat. Tapi yang bikin penasaran, pada praktiknya produk all-in-one selalu dicari karena bisa bekerja multifungsi, lebih praktikal dan ekonomis, atau karena ada alasan lain yang berhubungan dengan psikologis ya?

 

Sumber: iFunny & Reddit

 

Sejarah Shampo Multifungsi

 

Pada tahun 1980-an, para ahli kimia menemukan cara untuk menggunakan silikon dalam shampo. Ketika dibilas, shampo jenis ini dipicu oleh air agar busanya terasa melapisi rambut. Penemuan ini memulai kecintaan kita pada shampo yang memiliki sensasi berbusa di kepala. Mengikuti kepopuleran dan permintaan dari banyak orang, shampo kemudian memiliki spesialisasinya sendiri untuk segala kondisi—rambut tipis, tebal, keriting, kering, berminyak, pirang, berwarna, berhijab, muda, hingga tua. Pihak marketing lalu memunculkan tren pendamping untuk setiap jenis shampo, yaitu kondisioner. Kondisioner dipasarkan sebagai kebutuhan agar shampo bisa bekerja lebih baik. Kebutuhan ini yang kemudian melahirkan formulasi 3-in-1 dan memicu banyak paten[1].

 

Menurut Allure, paten pertama shampo serbaguna berawal dari merek Pantene yang membuat shampo 3-in-1 pada tahun 1986. Sesuai kebutuhan pasar saat itu, shampo serbaguna ini mengandung shampo dan conditioner sekaligus. Terobosan yang ternyata berhasil di pasaran ini dengan cepat diikuti merek-merek lain yang turut menciptakan inovasi produk multifungsi lainnya[2].

 

Shampo serbaguna efektif gak sih?

 

Kalau pertanyaannya bisa atau nggak shampo multifungsi dipakai, jawabannya ya bisa-bisa aja. Sabun mandi dan sampo keduanya mengandung surfaktan yang meskipun mungkin jenisnya berbeda tapi sama-sama bisa menghilangkan kotoran dari rambut dan kulit. Tapi kalau pertanyaannya efektif atau nggak, menurut Jacqui Davis, seorang penata rambut dan pemilik salon di Washington, shampo all-in-one dirancang untuk kemudahan konsumer, bukan untuk perawatan rambut[3].
 

Greg Ruggeri, pemilik Salon Ruggeri di New York, juga menambahkan shampo bekerja dengan menghilangkan minyak dari rambut, sedangkan conditioner menutrisi dan melembabkan rambut yang sudah dibersihkan. Menggabungkan keduanya bisa mengurangi efektifitas conditioner. Produk shampo yang dicampur conditioner bisa dianggap sebagai shampo yang nggak mengeringkan rambut, tapi rambut tetap butuh conditioner tambahan[4].
 

Kenapa produk all-in-one populer?

 

Ujung-ujungnya, semua kembali ke kebutuhan dan keinginan masing-masing. Istilahnya if it works, it works! Karena berdasarkan penelitian efek psikologis terhadap consumer behaviour, konsumen termotivasi untuk membeli produk tertentu berdasarkan keinginan untuk memuaskan kebutuhan tertentu dan keinginan dari faktor eksternal seperti pengaruh media dan budaya. Pihak marketing harus paham teori Hierarchy of Needs oleh Abraham Maslow. Maslow menjelaskan setiap orang berusaha untuk mengisi lima tingkat kebutuhan, yaitu fisiologis, keamanan, rasa sayang dan kepemilikan, kepercayaan diri, dan aktualisasi diri[5].
 

Sumber: SimplyPsychology

 

Berhubungan dengan Hierarchy of Needs, pilihan untuk menggunakan produk serbaguna berasal dari preferensi psikologis. Menurut Jana Rago, penata rambut dan pemilik Jana Rago Studios, ada tiga jenis penggemar shampo all-in-one yang dia tahu. Pertama, shampo multifungsi dibutuhkan oleh orang yang sering bepergian dan berolahraga ke gym. Jana menyebutkan faktor penghematan waktu dan bawaan sering menjadi alasan pihak ini. Kemudian, pihak kedua adalah pihak yang peduli pada lingkungan. Menurut Jana, dengan shampo 3-in-1 kita bisa mengurangi jumlah produk yang dibeli, sampah plastik, dan konsumsi air di kamar mandi[6].

 

Orang-orang yang merasa butuh menghemat uang adalah pihak terakhir. Annagjid Taylor, penata rambut dan penulis All Hair Is Good Hair menyebutkan contoh kasus dari Pantene 2-in-1 Classic Clean Shampoo and Conditioner yang dijual dengan harga $5. Taylor membandingkan produk ini dengan Pantene Classic Clean Shampoo yang sama-sama seharga $5, tapi belum termasuk conditioner yang cocok[6].

 

Kesimpulannya, apapun shampo yang kamu pilih, yang penting pastikan shampo itu memang cocok dan dibutuhkan untuk kamu. Jangan sampai mengorbankan kesehatan rambut untuk kepraktisan ya!

 

Reference:

[1] hairstory.com 

[2] allure.com 

[3] washingtonpost.com

[4] highsnobiety.com 

[5] ocw.upj.ac.id 

[6] allure.com 

Share this article