Insight Articles — Nov 01, 2022
3 mins read
Share this article
Saat lagi stress, capek, atau butuh mood booster banyak orang melarikan diri ke makanan manis. Ketergantungan ini memunculkan istilah “makanan manis jalan masuknya beda dari makanan biasa”, yang merujuk ke kondisi setelah kenyang makanan besar tetap mencari makanan manis untuk penutup.
Di antara penggemar makanan manis, ada juga tim “suka manis tapi gak kemanisan”. Meskipun tubuh mereka punya sinyal batas kadar manis yang kalau dilanggar bisa membuat pusing, mual, dan sebagainya, tetap saja mereka nggak mau melepas makanan manis. Bahkan ada juga pemanis nol kalori dan nol karbohidrat untuk orang yang seharusnya membatasi asupan gula tapi tetap ingin konsumsi makanan manis. Kenapa ya kita ketergantungan banget ke makanan manis?
Tubuh Kita Memang Cinta Gula
Menurut Ahli Bedah Michael Russo, saat kita lapar hormon dalam tubuh mengirim sinyal ke otak untuk mendapat energi dari makanan. Otak menganggap gula glukosa dan fruktosa sebagai energi instan untuk tubuh. Sehingga kalau keseringan memberi makan gula ke tubuh, otak akan terbiasa ke energi instan ini dan muncul rasa ketagihan[1].
Rasa ketergantungan ke energi instan ini sudah ada sejak manusia masih berburu di alam. Saat itu tubuh manusia sudah bisa mendeteksi makanan manis yang mengandung gula seperti buah sebagai sumber kalori yang baik. Jadi tubuh manusia zaman dulu mengasosiasikan gula sebagai sumber energi instan tanpa mengeluarkan usaha lebih untuk bercocok tanam dan berburu[2].
Selain karena gula adalah sumber energi instan, otak manusia juga mengasosiasikan gula ke rasa bahagia. Barry Sears, Presiden Inflammation Research Foundation, menjelaskan makanan manis menimbulkan respon hedonik di hipotalamus dengan meningkatkan dopamin[1]. Saat dopamin meningkat, otak mengalami sensasi yang menyenangkan[3]. Ini karena dopamin disebut sebagai hormon pengendali emosi. Saat dilepaskan dalam jumlah yang tepat, hormon ini akan meningkatkan suasana hati, sehingga orang akan merasa lebih senang dan bahagia[4]. Karena itulah saat kita merasa galau atau kesal, kita cenderung mencari makanan manis untuk mengembalikan perasaan senang.
Preferensi Rasa Manis Berkurang Saat Dewasa
Source: Twitter
Julie Mennella dari Monell Chemical Senses Center mengatakan anak-anak punya rasa suka yang jauh lebih intens ke rasa manis dan asin daripada orang dewasa. Ini karena, anak-anak butuh lebih banyak kalori di masa pertumbuhan daripada orang dewasa dan gula jadi salah satu penyedia kalori yang mudah ditemukan. Selain itu, gula nggak cuma enak untuk anak-anak, tapi juga membuat mereka merasa senang dan nyaman. Penelitian Mennella menunjukkan gula adalah pereda nyeri untuk pada anak-anak. Banyak rumah sakit memasukkan cairan yang terasa manis ke dalam mulut bayi selama prosedur medis untuk membantu mengurangi rasa sakit[5].
Preferensi rasa manis pada anak-anak rata-rata berubah saat mereka melewati masa remaja[5]. Penelitian dari Universitas Kopenhagen yang melibatkan 8900 anak sekolah Denmark menemukan adanya perubahan persepsi rasa saat seorang anak menjadi remaja. Remaja menunjukkan peningkatan kemampuan dalam membedakan rasa bersamaan dengan penurunan preferensi untuk rasa manis[6][7].
Kenapa Rasa Manis Berlebihan bikin Pusing atau Mual?
Berhubungan dengan berkurangnya preferensi orang dewasa ke rasa manis, kini kalau kita makan sesuatu yang kemanisan kita sering mengeluhkan rasa pusing dan eneg. Penyebabnya ada berbagai kemungkinan. Kemungkinan pertama adalah tubuhmu berkembang menjadi intoleran ke fruktosa. Kondisi ini menyebabkan tubuhmu gak mampu mencerna karbohidrat kompleks pada fruktosa jadi menimbulkan rasa nggak nyaman. Kemungkinan berikutnya adalah kadar gula di tubuhmu sudah melewati batas normal. Kadar gula berlebih (hiperglikemia) memunculkan gejala seperti rasa haus berlebih dan kepala sakit. Kalau nggak ditangani dengan tepat, hiperglikemia bisa menyebabkan mual, muntah, dan nyeri perut[8].
Indeks Glikemik[9][10]
Kesimpulannya, cinta makanan manis boleh saja karena gula juga membawa manfaat untuk tubuh, tapi kita tetap harus membatasi kadar gula yang kita konsumsi. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyarankan konsumsi gula cuma sebanyak 5-9 sendok teh per hari untuk orang yang sehat[8]. Sementara penderita diabetes lebih disarankan untuk menghentikan konsumsi gula atau beralih ke makanan yang punya Indeks Glikemik rendah[11]. Manfaatnya bukan cuma menghindari dari rasa pusing dan mual, tapi bisa melindungi diri kita dari penyakit kronis.
Reference:
[1] Detik
[2] The Conversation
[3] Halodoc
[5] NPR
[6] HowStuffWorks
[8] KlikDokter
[9] Kompasiana
[11] Dokter Sehat
Share this article
Related insight