Insight Articles — Nov 17, 2022

Suka gak sabaran ngajarin ortu gaptek, kenapa ya?

3 mins read

Share this article

Hampir semua anak muda pasti pernah ada di situasi ini: orang tua nanya tentang cara kirim foto di Whatsapp, atau cara buka email, atau cara connect ke WiFi baru. Perasaan udah nanya hal yang sama berkali-kali, tapi kok tetep aja gak bisa ngerti dan nanya terus ya?
 

Buat generasi muda yang menganggap hal ini sangat simple dan mudah dilakukan, rasanya gak paham sama orang tua yang kesulitan. Pertanyaan-pertanyaan gagap teknologi itu seringkali dijawab dengan ketus,

“Gini lohhHhhh”

“Kemaren kan udah aku kasih tau?”

“Ck. Pencet yang ini dooong”

Habis itu nyesel deh, kenapa tadi galak banget ya? Padahal cuma makan waktu beberapa menit aja.

 

Orang tua memang butuh bantuan untuk masalah teknologi.

Berdasarkan survei Kaspersky di tahun 2019[1][2]:

- 41% (4 dari 10) orang tua mengaku pernah telepon anaknya atau kerabat yang lebih muda untuk minta bantuan tentang teknologi.

- 64% millennials juga mengaku pernah bantuin keluarga yang lebih tua untuk masalah teknologinya.

- Kebanyakan butuh bantuan karena ada virus, kemungkinan penipuan, reset router internet, dan lain-lain.

 

Kenapa ya generasi tua cenderung gaptek?

Ada dua respon bertentangan yang bisa diberikan seseorang di tengah perkembangan teknologi: optimis vs khawatir.
 

Pew Research Center melakukan survei “Parenting Children in the Age of Screens” di Amerika pada tahun 2020. Hasilnya, mayoritas orang tua menganggap bahwa parenting di zaman sekarang lebih sulit dibandingkan 20 tahun lalu.

 

66% Menganggap parenting lebih susah sekarang

26% Menganggap parenting dulu dan sekarang sama saja

7% Menganggap parenting lebih mudah sekarang
 

Dari kelompok orang tua yang menganggap bahwa parenting lebih susah di zaman sekarang, 26% menyebut teknologi sebagai salah satu alasannya. Kebanyakan orang tua merasa sulit mengikuti perkembangan teknologi. Mereka juga menilai teknologi bisa mengubah perilaku dan pengalaman anak-anak secara negatif.
 

Menariknya, 30% dari orang tua yang menganggap parenting lebih mudah di zaman sekarang mengatakan bahwa teknologi juga yang memudahkan mereka. Kemajuan dan akses teknologi yang lebih cepat membuat entertainment dan edukasi anak jadi lebih beragam, anak-anak jadi bisa belajar lebih cepat, keamanan dan transportasi lebih mudah, sampai ke banyaknya informasi dan saran yang mudah didapatkan orang tua[3].

 

“Gw suka ajarin nyokap gw check out belanja online biar belanja bulanan lebih murah dan gak perlu keluar rumah. Nyokap gw sekarang jadi bisa coba2 aplikasi lain sendiri karena udah ngerti patternnya.” - F***, yang penting nyokap bisa belanja.

 

Semuanya tergantung perspektif.

Teknologi bisa menguntungkan, tapi memang bisa juga merugikan. Teknologi juga bisa dianggap mudah bagi sebagian orang, tapi sulit bagi sebagian lainnya. Mengutip dari fastcompany.com, sebuah penelitian mengatakan gaptek atau tidaknya seseorang bisa tergantung dari mindset. Pola pikir orang-orang tentang teknologi bisa mempengaruhi kemampuan mereka untuk menggunakannya, jadi kalau pola pikir kita tepat, kita bisa lebih mudah memahami teknologi.

 

Peneliti Douglas J. Gillan dan Lawton Pybus dari North Carolina State University menemukan bahwa orang yang punya growth mindset (optimis dan mau belajar) cenderung lebih baik saat diuji kemampuan teknologinya, dibandingkan orang yang punya fixed mindset (merasa kemampuannya udah tetap, gak optimis belajar hal baru). Kata Joyce Ehrlinger, asisten profesor psikologi di Washington State University, “Ketika orang memiliki pola pikir bahwa mereka dapat berkembang, biasanya mengarah pada kinerja yang lebih baik.”[4]

 

Jadi memang ada kemungkinan kalau sebagian besar orang tua kesulitan memahami teknologi karena mereka memandang teknologi sebagai hal yang negatif atau merasa khawatir dengan adanya teknologi. Sedikit-sedikit takut salah, takut tertipu, takut datanya diambil orang, dan lain-lain. Mau belajar pun jadi gak leluasa karena banyak takutnya.
 

“Mak gw kadang gamau merhatiin dan gamau ngerti, maunya langsung kelar aja. Padahal gw pengen dia paham biar next nya bisa sendiri, tapi kayaknya dia pengennya dibantuin terus aja.” - H****, ingin perhatian.

 

"Kalo gw biasa jelasin ke nyokap gw untuk pakai aplikasi tertentu sampai detail. Biasanya dia langsung ngerti sih setelah sekali dijelasin. Nyokap gw jadi sering tanya soal teknologi gadget karena tahu kalo gw paham teknologi." - S****, panutanku.

 

Terus, kenapa anak-anak suka gak sabaran kalau ngajarin teknologi ke orang tua?

Biasanya kalau orang tuanya gak ngerti-ngerti, mereka akan langsung ambil aja gadget-nya dan benerin sendiri daripada ngajarin step by step. Wajar aja, karena sejak kecil anak udah terbiasa menggunakan teknologi. Gak mudah juga untuk memahami orang yang hidup di era berbeda dengan kita, jadi kalau orang tua kesulitan dengan teknologi, kita juga sulit berempati.

 

Banyak dari kita tau, memang penting untuk menempatkan diri kita di posisi orang lain, tapi pasti ada yang gak bisa benar-benar dimengerti. Apalagi kalau kita belum pernah hidup di era yang sama, pengalaman hidupnya juga sangat berbeda. Kita mungkin gak akan bisa mengerti perspektif mereka, emosi mereka, atau bahkan bagaimana cara berbagai aspek budaya telah membentuk kehidupan mereka[5].
 

“Gue bawaannya stress, mendingan gue yang ngerjain sendiri. Kalo bisa mereka gausa liatin, soalnya nanti malah nanya-nanya gue makin stress.” - C****, galak anaknya.

 

“Gw sih sincerely mau bantuin, asal mereka dengerin aja. Tapi kadang mereka suka gak percaya, malah jadi ngerasa lebih tau dan ngajarin gw balik.” - K******, ini lebih galak kayaknya.
 

“Iya gua kesel sih. Ga bisa-bisa habisnya. Terus kalo gabisa bilangnya kita gamau ajarin. Padahal udah diajarin tapi mereka yang gabisa.” - Y****, jadi bingung.

 

Nah kalian bisa ikutin beberapa tips ini buat ngajarin teknologi ke orang tua[6][7]:

1. Pertama-tama pastinya harus sabar. Coba pahami kalau mereka memang hidup di era yang berbeda.

2. Ajak orang tua untuk pelan-pelan menerapkan growth mindset dan jelaskan pakai bahasa yang mudah mereka pahami.

3. Kita yang harus tenang dulu, kalau ada yang bikin mereka khawatir (misalnya salah pencet atau salah masukin password), beri pengertian kalau itu bukan masalah besar.

4. Jawab setiap pertanyaan mereka, ajarkan selangkah demi selangkah. Ingat kalau mereka gak harus paham semua fungsinya, jelaskan yang penting-penting dan yang mudah digunakan aja.

5. Ajarkan pentingnya cyber security (kerahasiaan password, kode OTP, dan jangan klik link yang aneh-aneh), karena orang tua yang gak paham bisa rentan kena scam.

 

Sebagai generasi muda, empati adalah sesuatu yang harus dikembangkan, terutama dalam hal membantu orang yang lebih tua untuk membiasakan diri dengan dunia yang baru. Walaupun kadang harus menahan rasa frustasi, membantu mereka mempelajari teknologi akan bermanfaat untuk jangka panjang[5]. Jadi berusaha sabar dan pengertian aja, karena teknologi juga akan terus berkembang dan kita pun mungkin akan melalui hal yang sama. Kalau bukan anak yang ngajarin teknologi ke orang tua, siapa lagi?

 

 

Reference:

[1] Kaspersky

[2] Kaspersky Daily

[3] Pew Research

[4] Fast Company

[5] Rice Media

[6] IDN Times

[7] Suara.com

Share this article