Insight Articles — Dec 01, 2022

Kenapa Dekat di Jakarta = Jauh di Daerah Lain?

3 mins read

Share this article

Untuk orang yang berbeda, jauh atau dekatnya jarak juga terasa berbeda. Kami mengobrol dengan beberapa orang yang asal domisilinya beragam. A berasal dari Jakarta. A menyebut perjalanan 1 jam sebagai dekat. Sementara B berasal dari luar pulau Jawa dan jarang ke Jakarta. B merasa culture shock mendengar pendapat A. Bagi B, 1 jam sudah bisa menempuh perjalanan lintas kota. Sementara bagi A, 1 jam bisa saja nggak pergi jauh-jauh, masih di dalam area kota Jakarta.

 

Pendapat netral justru datang dari orang ketiga, yaitu C, yang tinggal di luar Jakarta tapi sering pulang-pergi ke Jakarta. Menurut C, hal ini terjadi karena dalam kasus penduduk Jakarta, waktu tempuh nggak linear dengan jarak tempuh. Penduduk Jakarta sudah biasa menempuh jarak berjam-jam setiap harinya dengan jarak tempuh yang tergolong dekat. Di antara banyak penyebabnya, kemacetan kota Jakarta yang paling memakan waktu. Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya dalam artikel Suara.com mengatakan tingkat kemacetan lalu lintas di DKI Jakarta pada 2022 sudah mencapai level nggak nyaman dalam berkendara di angka 48%[1]. Ditambah lagi, selain macet Jakarta juga memiliki rute yang berbelok-belok, peraturan seperti ganjil-genap yang mendorong kita mengambil rute lain, penutupan jalur, dan sebagainya. Di kota lain yang ukurannya lebih kecil dari Jakarta dan kemacetannya ringan, sudah tentu waktu tempuh 2 jam terasa jauh.

 

Merasa Jauh atau Dekat itu Relatif, yang Absolut adalah Jaraknya
 

Pendapat C bisa dibilang paling benar. Jarak memang nggak bisa diukur cuma dari waktu tempuh. Pernah merasa perjalanan pulang terasa lebih cepat daripada saat pergi padahal jarak tempuh dan kecepatannya sama? Ini adalah Efek Kappa dalam Ilmu Psikologi dan Neurosains. “Hal ini lebih disebabkan oleh cara kerja otak dalam mempersepsikan waktu, khususnya terkait jangka waktu sebuah aktivitas,” jelas Dosen Biofisika dan Kompleksitas Program Studi S2 Biofisika Institut Pertanian Bogor (IPB), Husin Alatas, pada artikel travel.kompas.com[2].

 

Efek Kappa terjadi saat otak mengolah berbagai informasi selama perjalanan. Informasi-informasi ini lah yang mempengaruhi persepsi kita mengenai jarak dan waktu tergantung rangsangan yang diterima. Husin Alatas menjelaskan rangsangan ini bisa dari luar berupa apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan, atau kondisi lingkungan sekitar[2].
 

Misalnya, perjalanan bisa saja terasa jauh saat berangkat karena kita belum merasa familiar dengan rute yang dilalui. Lalu, informasi yang harus diolah otak dari apa yang kita lihat, dengar, dan rasakan berkurang di perjalanan pulang. Otak merasa sudah familiar dengan informasi seperti medan yang kita lalui, seluk beluk jalan pintas, sudah hafal jam ramainya, dan sudah nggak perlu mencari lokasi yang kita tuju. Makanya, saat pulang jadi terasa lebih dekat walaupun jaraknya nggak berubah[3]. Hal kedua yang Husin Alatas sebut adalah kondisi lingkungan sekitar.Kalau kita terdistraksi atau sibuk melakukan sesuatu selama perjalanan, kita cenderung merasa perjalanan lebih cepat kalau dibandingkan dengan kondisi di mana kita minim beraktivitas[4]. Kesimpulannya, perbedaan perasaan jarak dan waktu antara saat pergi dan pulang pada Efek Kappa cuma masalah gimana cara otak mempersepsikan waktu, dan nggak ada hubungannya dengan sifat waktu secara fisika[4].
 

Terus gimana dengan perbedaan persepsi waktu antara orang yang tinggal di Jakarta dan di luar Jakarta?

 

Pendapat mereka berdua juga nggak salah lho. Keduanya sama-sama valid kalau ditinjau dengan Ilmu Geografi di mana konsep jarak dibagi menjadi absolut dan relatif. Jarak absolut diukur dengan satuan panjang seperti centimeter, meter, kilometer, dan seterusnya. Sementara, jarak relatif diukur dengan satuan waktu tempuh[5]. Jadi kalau ingin membicarakan tentang jarak, pakai pernyataan “jarak dari Jakarta ke Bandung adalah 200 km” akan lebih pasti dibanding “perjalanan dari Jakarta ke Bandung memakan waktu 3 jam” yang perlu memperhatikan banyak faktor lain seperti kondisi jalan atau cuaca.

 

Share artikel ini kalau kamu juga pernah mengalami perbedaan persepsi waktu ya!


 

References:

[1] Suara.com 

[2] Kompas.com 

[3] Amazing Grace 

[4] Hai 

[5] gurugeografi.id

Share this article